demi duit yang kongkrit
menabrak tatakrama hipokrit
dengan cara diskredit
eit ...
dikritik
dihimpit
disebut bandit
resiko dieksit
kok jadi rumit?
Deskripsi :
Hipokrit artinya kepura-puraan/basa-basi. Apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang di pikiran. Kata ini sering disamakan dengan kata munafik. Padahal masing-masing memiliki kontek yang berbeda. Hipokrit dalam kontek pergaulan sesama, sementara munafik dalam kontek keyakinan kepada Tuhan (agama). Dalam tatakrama budaya Jawa mengenal hipokrit. Hipokrit tersebut dalam kontek kepatutan atau penghormatan. Sementara dalam tatakrama berpolitik di Indonesia, hipokrit dimaksudkan untuk mencegah/mengurangi benturan kepentingan politik. Kata-kata "dalam proses penggodogan", "ditampung", bisa jadi diantara kata-kata yang digunakan untuk hipokrit.
Dapat dipahami ketika pak Menteri merasa "risi" ketika menerima sms dari guru honorer yang bersifat diskredit (menjelekkan atau memperlemah kewibawaan seseorang, apalagi seorang pejabat negara). Memang, di beberapa kesempatan, Pak Menteri menjanjikan "mengusahakan" pegangkatan guru honorer K2 menjadi PNS. Namun ungkapan "mengusahakan" itu memiliki multi-makna. Maka lebih bijak apabila sebelum menerima atau menolak ungkapan suatu "janji politik", memahami kontek ungkapan tersebut.
Dapat dipahami pula "kekesalan" pak guru honorer yang masa pengabdiannya untuk negara cukup lama. Salah satu pemicunya adalah adanya kebijakan pak menteri yang menimbulkan diskriminatif perlakuan negara terhadap guru pns dan guru honorer yang sama-sama melaksanakan tugas negara sebagai guru. Namun cara penyampaian kekesalan tersebut menabrak tatakrama berpolitik di Indonesia. Maka jadi rumitlah permasalahannya, terutama bagi pak guru honorer.
Mari kita cermati hikmah peristiwa tersebut. Pak menteri diharap bisa lebih peka dan arif terhadap permasalahan tingkat paling bawah. Pak guru honorer diharap bisa memahami tatakrama berpolitik. Pak guru pns diharap bisa lebih tahu diri terhadap guru honorer. (@mtq12032016)
Dapat dipahami ketika pak Menteri merasa "risi" ketika menerima sms dari guru honorer yang bersifat diskredit (menjelekkan atau memperlemah kewibawaan seseorang, apalagi seorang pejabat negara). Memang, di beberapa kesempatan, Pak Menteri menjanjikan "mengusahakan" pegangkatan guru honorer K2 menjadi PNS. Namun ungkapan "mengusahakan" itu memiliki multi-makna. Maka lebih bijak apabila sebelum menerima atau menolak ungkapan suatu "janji politik", memahami kontek ungkapan tersebut.
Dapat dipahami pula "kekesalan" pak guru honorer yang masa pengabdiannya untuk negara cukup lama. Salah satu pemicunya adalah adanya kebijakan pak menteri yang menimbulkan diskriminatif perlakuan negara terhadap guru pns dan guru honorer yang sama-sama melaksanakan tugas negara sebagai guru. Namun cara penyampaian kekesalan tersebut menabrak tatakrama berpolitik di Indonesia. Maka jadi rumitlah permasalahannya, terutama bagi pak guru honorer.
Mari kita cermati hikmah peristiwa tersebut. Pak menteri diharap bisa lebih peka dan arif terhadap permasalahan tingkat paling bawah. Pak guru honorer diharap bisa memahami tatakrama berpolitik. Pak guru pns diharap bisa lebih tahu diri terhadap guru honorer. (@mtq12032016)
