9 maret 2016, gerhana matahari
perhatian fokus ke matahari
khutbah shalat kusuf tadi
mengajak melihat matahati
dengan dibantu kemajuan teknologi
menggugat mitos budaya tradisi
atas dinamika yang bersifat alami
...
9 maret 2016, gerhana matahari
perhatian fokus ke matahari
khutbah shalat kusuf tadi
mengajak mengasah kepekaan hati
atas dinamika lingkungan kita berdiri
dengan mengambil ibroh insting hewani
Fenomena gerhana matahari sesungguhnya fenomena yang biasa. Menjadi luar biasa bila dikaitkan dengan kesempatan seseorang terhadap fenomena tersebut. Konon, fenomena gerhana matahari total akan terjadi pada tempat yang sama setelah 250 tahun. Artinya, seseorang yang hidup saat ini, tidak akan pernah lagi menyaksikan fenomena gerhana matahari total di tempat yang sama, Maka dapat dipahami apabila terjadinya gerhana matahari total saat ini mendapatkan perhatian yang berlebih.
Rabu pagi tanggal 9 Maret 2016, umat muslim dari berbagai kalangan berduyun-duyun hendak melaksanakan shalat gerhana matahari (shalat kusuf) di masjid/mushola terdekat. Fenomena yang demikian jarang terjadi. Entahlah, apakah karena maraknya pemberitaan di media televisi, bertepatan hari libur, gencarnya anjuran dari kementrian agama maupun organisasi masa Islam, atau memeang dari kesadaran. Terlepas motif yang mendorong mereka demikian, suasana pagi itu bagai suasana saat shalat 'Idul Adha.
Seusai shalat diadakan khutbah. Sangat dimungkinkan pada semua khutbah, diantara materi khutbahnya adalah menyampaikan pesan dari Rasulullah Muhammad Saw yang berisikan bahwa kejadian gerhana tidak ada hubungannya dengan kelahiran atau kematian seseorang. Kejadian gerhana adalah fenomena alami sebagai sunatullah. Kecanggihan teknologi pun menunjukkan hal yang sama. Oleh karenanya dengan fenomena gerhana tersebut, hati kita diajak melihat kebesaran dan kekuasaan Allah Swt, Sang Pencipta alam semesta ini. Allahuakbar .. Subhanallah.
Di beberapa tempat, terutama di tempat-tempat wisata, masih tampak adanya pemukulan lesung saat terjadinya gerhana matahari saat ini. Apakah hal ini menunjukkan mitos "gerhana disebabkan matahari ditelan Bethara Kala" masih kuat melekat dalam budaya masyarakat kita? Ah, masak. Tentulah tidak. Memang dikatakan oleh penyelenggara acara pemukulan lesung tersebut adalah sebagai "nguri-uri budoyo". Maka dapat dipahami yang dimaksud "budoyo" tersebut sekedar "seni" saja, bukan cara pikir. (Penyempitan maka kata "budoyo").
Dari para peneliti dikatakan bahwa saat terjadi gerhana matahari, secara insting, binatang-binatang sangat peka terhadap suasana di sekitarnya. Dan pada gilirannya akan berperilaku menyesuaikan suasana tersebut. Walaupun suasana yang berbeda itu berjalan dalam waktu yang singkat.
Kita sebagai manusia juga dibekali insting oleh Sang Pencipta kita (selain akal). Pertanyaan pada diri kita .... Bagaimana kepekaan insting kita dalam menghadapi dinamika kehidupan? Peka-kah, kurang peka-kah, atau sama sekalai tidak peka alias ...(maaf) pekok. (@mtq09032016)
Seusai shalat diadakan khutbah. Sangat dimungkinkan pada semua khutbah, diantara materi khutbahnya adalah menyampaikan pesan dari Rasulullah Muhammad Saw yang berisikan bahwa kejadian gerhana tidak ada hubungannya dengan kelahiran atau kematian seseorang. Kejadian gerhana adalah fenomena alami sebagai sunatullah. Kecanggihan teknologi pun menunjukkan hal yang sama. Oleh karenanya dengan fenomena gerhana tersebut, hati kita diajak melihat kebesaran dan kekuasaan Allah Swt, Sang Pencipta alam semesta ini. Allahuakbar .. Subhanallah.
Dari para peneliti dikatakan bahwa saat terjadi gerhana matahari, secara insting, binatang-binatang sangat peka terhadap suasana di sekitarnya. Dan pada gilirannya akan berperilaku menyesuaikan suasana tersebut. Walaupun suasana yang berbeda itu berjalan dalam waktu yang singkat.
Kita sebagai manusia juga dibekali insting oleh Sang Pencipta kita (selain akal). Pertanyaan pada diri kita .... Bagaimana kepekaan insting kita dalam menghadapi dinamika kehidupan? Peka-kah, kurang peka-kah, atau sama sekalai tidak peka alias ...(maaf) pekok. (@mtq09032016)